Jumat, 02 Maret 2012


Semoga Kita Bisa Membantu Panti Laras


Tanggal 26 Mei 2009 saya berkunjung kembali ke Panti Laras setelah tertunda-tunda beberapa kali. Kunjungan saya kali ini juga karena saya membaca di beberapa media massa dan mendengar siaran pada salah satu radio swasta bahwa ada 238 penghuni dari beberapa Panti Laras yang meninggal dalam kurun waktu beberapa bulan. Penyebab kematian disebabkan karena kurang gizi, kurang bantuan obat-obatan dan diare.
Di Jakarta sendiri ada 4 Panti Laras yaitu Panti Laras Ceger, Panti Laras Cipayung, Bina Laras Daan Mogot dan Panti Laras Cengkareng. Panti Laras yang biasa saya kunjungi adalah Panti Laras Cengkareng. Kali ini saya ditemani salah seorang teman kerja karena saya ingin dia melihat dan bisa bercerita kepada teman-teman yang lain bahwa di dunia ini ada sisi lain kehidupan yang kalau dibandingkan dengan kehidupan yang kita alami rasa-rasanya malu karena sering kali kita lupa diri dan selalu mengeluh berkekurangan.
Memasuki halaman panti pagi itu suasananya agak berbeda sedikit dibandingkan beberapa kunjungan saya sebelumnya. Biasanya saya berkunjung pada hari Sabtu. Suasana panti agak cerah tidak seperti biasanya dan terdengar bunyi musik. Baru pertama kali ini saya mengisi buku tamu dan pada buku tamu tersebut saya melihat kunjungan beberapa media massa. Hmmm mungkin karena beberapa waktu terakhir ini Panti Laras menjadi sorotan di mass media.
Selesai mengisi buku tamu saya lalu mencari Pak Ade (salah satu pengurus) dan tentu saja saya mencari juga mencari Mr. John Lennon. Rupanya John yang lagi latihan band. Ketika saya menjabat tangan John dan bertanya bahwa apakah dia masih ingat sama saya.. dia menjawab bahwa maaf dia lupa (tentu saja dalam bahasa Inggris). Dia baru ingat ketika saya menanyakan gitar yang pernah saya berikan beberapa bulan yang lalu. Dia mengatakan bahwa seseorang telah merusak gitar tersebut dan dia tidak tahu siapa. Saya pun menjanjikan nanti kalau datang lagi akan saya bawakan gitar pengganti (walaupun saya tahu pasti gitar itu nantinya tidak akan bertahan lama lagi).
Akhirnya saya bertemu dengan Pak Ade. Sementara di sudut lain panti, terlihat ada reporter TV luar yaitu Al Jazeera . Pak Ade menawarin saya berkeliling. Kali ini saya melihat suasananya sudah lain. Jauh lebih bagus dari kunjungan saya sebelumnya. Bangunan yang tempo hari tampak terbengkalai sudah selesai, bahkan ada kolam yang sudah berisi ikan-ikan.
Kamipun menuju tempat penampungan penghuni wanita. Kata pak Ade kalau yang masih berat kasusnya ada yang masih dikarantina dan tidak berkumpul dengan penghuni yang lain. Begitu memasuki tempat tersebut ada yang secara spontan berdiri, ada yang acuh tak acuh sibuk dengan dunia sendiri. Tiba-tiba salah satu dari mereka nyeletuk : “Ibu, boleh salaman gak ?” Saya menjawab: “Tentu saja boleh” (sambil mengulurkan tangan saya). Serempak beberapa dari mereka langsung bersalaman dengan saya dan saya pun menanyakan nama mereka. Ada yang bernama Safitri dan Rosmalawati (kedua orang ini yang paling aktif mewawancarai saya).
Saya sempat bertanya kepada Safitri kenapa dia bisa berada di panti. Jawabnya karena tertangkap trantib pada saat mulung gelas air mineral. Safitri ini kayaknya mengidap penyakit kulit karena badannya penuh dengan totol-totol hitam dan kotor dibandingkan dengan yang lain. Kalau Rosmalawati lain lagi, ternyata dia juga bercakap-cakapnya dalam bahasa Inggris…dan bisa bernyanyi pula dengan bagus (wah ada saingan John nih). Rosmalawati menyanyikan lagu Mother How Are You Today .
Tapi paling berkesan dengan Safitri karena dia yang paling banyak omong dan bertanya. Saya ditanya ama Safitri antara lain: “Ibu dari tipi mana .. RCTI, Indosiar ? “.
“Saya bukan dari tipi…”
“Terus Ibu dari mana dong ?”
“Dari rumah…”
“Wah, Ibu pintar juga jawabnya…cepat tepat dan jelas”
“Ibu pernah masuk tipi ?”“Belum tuh… saya belum pernah masuk tipi
“Iya..benar juga …Ibu kan sebesar ini mana bisa masuk tipi yang ukurannya kecil. Bu, minta tipi dong di sini sepi gak ada tipi
Ngobrol dengan mereka asyik juga dan tidak ada kesan bahwa mereka itu sakit. Karena sudah mau jam makan siang akhirnya saya pamit kepada mereka. Mereka serempak bilang : “Bu, sering-sering datang ya..” Saya lalu mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruangan tersebut.
Sesudah itu saya lalu menonton John dan kawankawan latihan band. Memang kayaknya si John hanya piawai lagu-lagu The Beatles. Beberapa petugas ikut berpartisipasi menemani mereka latihan dengan ikutan nyanyi dan bergoyang..bahkan ada yang membantu dengan memainkan alat musik yang gemerincing.. (aduh gak tahu namanya..heheheh). Apalagi mereka juga diliput oleh pihak Al Jazeera…wah makin bersemangat si John dan kawan-kawan. Tapi saya lebih suka kalau John bernyanyi sendiri dengan memakai gitar. Kalau dengan grup bandnya dia teriak-teriak nyanyinya ;-)
Saya sempat menyapa seorang wanita keturunan asing yang mungkin reporternya dari pihak Al Jazeera, dia mengatakan dalam bahasa Indonesia bahwa dengan liputan tersebut mereka hanya ingin menolong. Lagi-lagi karena sudah jam makan siang dan saya melihat mereka semua sibuk..akhirnya saya pamit. Pak Ade mengucapkan terima kasih atas kunjungan saya dan saya pun minta maaf hanya bisa membantu ala kadarnya. Mungkin bantuan saya itu hanya untuk kebutuhan makan sehari di panti tersebut.
Secara hitung-hitungan menurut saya (berdasarkan yang saya baca di beberapa media massa). Jumlah penghuni ada kurang lebih 628 orang. Kapasitas fasilitas dari pemerintah alias subsidi sudah pasti bukan untuk keseluruhan. Jadi bisa saya bayangkan misalnya jatah dari pemerintah hanya Rp 15,000 per hari/orang dan hanya untuk 550 orang (itu kalau segitu yang disubsidi) berarti 550 x Rp 15,000 masih harus dibagi 628 karena penghuninya sudah melebihi kapasitas fasilitas.
Moga-moga bantuan subsidi untuk mereka dapat dinaikkan. Dan moga-moga panti tersebut juga ketambahan donatur untuk membantu mereka. Dan bukan tidak mungkin suatu saat komunitas Wikimu juga bisa membantu mereka. Mereka dengan senang hati menerima bantuan.

Sumber : Wikimu.com
 

Mendengarkan 'John Lennon' Bermain Gitar dan Bernyanyi


Hari Sabtu, 06 September 2008 akhirnya kesampaian juga niat untuk mengunjungi kembali Panti Laras (tempat rehabilitasi gangguan kejiwaan), di Jakarta Barat.

Sebenarnya dada saya agak sesak rasanya, tapi karena udah tertunda seminggu saya paksain saja untuk ke sana. Tiba di sana seperti biasa kami bertemu dengan salah pengurus yang bertugas pada panti itu. Panti tersebut bertambah penghuni baru sebanyak 39 orang. Jadi sekarang jumlahnya sudah 639 orang dari maksimal daya tampung 400 oang dan bantuan subsidi dari Pemda hanya untuk 250 orang. Kami lalu menurunkan bantuan ala kadarnya yang berasal dari sumbangan teman-teman sekantor saya.
Sebenarnya tujuan utama saya ke sana adalah ingin bertemu lagi dengan John Lennon. Saya membawa sebuah gitar buat dia. Oh ya petugas panti juga menjelaskan bahwa di sana ada 3 orang lagi yang bisa bermain musik dan menyanyi selain John. Mereka dalam satu band, kadang-kadang ada yang ngundang untuk ngisi acara. Biasanya sih acara Ibu-ibu katanya.
Akhirnya John dipanggil masuk ke dalam ruangan tempat kami bertamu. Sewaktu bertemu saya bertanya apakah dia masih ingat pada kami. Tentu saja dengan bahasa Inggris yang bikin lidah saya terlipat-lipat… maklum gak pernah tinggal di State …. Dan dibalas dengan fasihnya oleh John walaupun dia juga tidak pernah tinggal di State. Ternyata John ingat lho pada kami. Dia bilang bahwa kami yang beberapa bulan lalu pernah bercakap-cakap dengannya di taman belakang panti.
Lalu saya memberikan gitar tersebut dan berharap moga-moga dia senang menerimanya. Mukanya kaget karena mungkin tidak menyangka mendapatkan sebuah gitar yang bisa dia HM (Hak Milik).
Saya bertanya bahwa apa dia masih bisa main … dia menjawab bahwa ada luka kecil pada telapak tangan kirinya.. tapi dia langsung mencoba memainkan gitar tersebut sebagai perkenalan.
Waktu dia mau memainkan gitar tersebut… saya melihat pada jari tengah tangan kirinya ruas pertamanya gak ada. Saya tanya kenapa… dia jawab bahwa dia tidak tahu penyebabnya kerena dulu ibunya tidak pernah menceritakan penyebabnya.
Lagu pertama yang dia mainkan adalah In My Life. Dia memainkan gitar dan menyanyi dengan penuh perasaan. Satu hal lagi yang mebuat saya kagum selain kemampuannya berbahasa Inggris. Lagu selanjutnya Imagine, Too Love Somebody. Waktu saya minta dia nyanyikan lagu Carol dia juga bisa.
Lama-lama saya juga pengen nyanyi… saya suruh main lagu Yesterday…dia nyanyi duluan dan saya kemudian ikut-ikutan nyanyi. Jadinya berduet deh… Rasanya enak juga bernyanyi (hal yang paling jarang saya lakukan sekalipun di kamar mandi… maklum.. gak pede dengan suara sendiri).
Di sela-sela dia bernyanyi … petugas panti memberikan saya spidol dan meminta saya menulis dan menandatangani pada gitar itu bahwa untuk John… wahhhh serasa jadi seleb.. padahal apa sih artinya yang bisa saya berikan.
Berhubung udah cukup lama bertamu, takut mengganggu kami mau pamit tapi sebelumnya saya tanya pada John apa lagu favorit yang dia sukai … lalu mengalunlah…Jealous Guy … Bener-bener… hebat komplit dengan siulannya. Sudah itu bener-bener pamit deh… sebelum kami pulang dia sekali lagi berterima kasih. Dan dia mengatakan pada saya God Bless You…saya menjawab jangan hanya untuk saya tapi untuk semua…. God Bless Us. Kami lalu pamit… dia pun menerima uluran jabat tangan dari kami.
Dalam perjalanan pulang… gak sadar saya bersenandung lagu pertama yang dia nyanyikan dan tiba-tiba baru saya sadar… bahwa jangan-jangan lagu itu mengingatkan dia akan kisah perjalanan hidupnya. Saya tuliskan lirik lagu dari The Beatles itu ya….
In My Life
There are places I remember
All my life, though some have changed,
Some forever, not for better,
Some have gone and some remain.
All these places had their moments,
With lovers and friends I still can recall,
Some are dead and some are living,
In my life I've loved them all.
But of all these friends and lovers,
There is no one compared with you,
And these mem'ries lose their meaning
When I think of love as something new.
Though I know I'll never lose affection
For people and things that went before,
I know I'll often stop and think about them
In my life I love you more.
Though I know I'll never lose affection
For people and things that went before,
I know I'll often stop and think about them
In my life I love you more.
In my life I love you more.

Teman-teman sekalian… begitu pengalaman saya kali ini dengan John. Saya tahu bahwa pasti banyak John-John yang lain bahkan ada yang lebih hebat dari dia dan mereka terpaksa harus menjalani hidup seperti itu. Siapa tahu ada dari antara teman-teman yang ingin berkenalan sekaligus membantu mereka silahkan berkunjung ke Panti Sosial Bina Laras “Harapan Sentosa 1” Cengkareng – Jl Kemuning No 17 RT 014/02 Kel. Cengkareng Barat – Jakarta Barat, telepon : (021)5401773

Kesan Rekan Kerja Tentang Panti Laras: "Mereka Menanti Uluran Kita"


Tanggal 10 September 2009 saya minta tolong pada rekan kerja yang bernama Agus Juned untuk mewakili ke Panti Laras yang biasa saya kunjungi. Awalnya saya agak ragu karena kadang-kadang ada yang masih merasa takut kalau berkunjung ke tempat tersebut. Mereka takut membayangkan bahwa panti itu berisi orang-orang yang jiwanya terganggu. Tetapi saya selalu meyakinkan mereka bahwa mereka tidak perlu takut, yang masih dalam taraf berbahaya pasti dikarantina...dan kan ada petugas yang mendampingi kalau kita berkunjung... buktinya saya sudah beberapa kali ke sana toh... baik-baik aja.
Berikut ini adalah hasil tulisan rekan saya itu setelah dia berkunjung ke sana dan melihat, merasakan keadaan di sana. Selain lewat tulisan ini,  dia juga mengatakan bahwa kita patut menolong mereka...kasihan sekali.
Tentu saya juga sangat senang karena misi saya meperkenalkan Panti Laras ada hasilnya. Sebagai tambahan informasi Agus Juned adalah  pemenang kedua lomba tulis yang diadakan di kantor dalam rangka HUT RI ke 44 kemarin. Namun rekan saya itu, Agus, masih malu untuk mendaftar langsung di wikimu.com , tetapi tidak keberatan bila tulisannya, saya yang kirim.
----------------------------------------


Rumah Sosial

Info Rumah Sosial
Sebagian dari kita mungkin merasa takut dan jijik pada para penyandang cacat mental, tapi hal itu tidak berlaku di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa ( PSBLHS ) 1 Cengkareng DKI, tempat perawatan dan penampungan penyandang sakit jiwa. Para pegawainya yang berjumlah 33 orang bekerja tak punya perasaan seperti yang kita rasakan.
Pekerjaan mereka yang lebih pantas disebut pengabdian mengurus penyandang sakit jiwa  terlantar, patut mendapat apresiasi dari kita yang waras ini. Keseharian mereka mengurus dan merehabilitasi orang berkelainan alam pikiran, alam perasaan dan alam perbuatan dengan kesabaran dan kecintaan yang luar biasa.
Daya tampung PSBLHS 1 yang didirikan pada tahun 1972 hanya 550 orang tapi pada saat ini ( September 2009 ) sudah mencapai 685 orang. Hal ini berarti sudah over dosis, masalahnya adalah banyak pasien baru yang masuk sedangkan yang keluar sedikit. Bagi almamater PSBLHS 1 jangankan dapat pekerjaan, diterima dalam lingkungan keluarga adalah hal yang langka.
Makanya yang sudah agak lumayan kondisi kejiwaannya akan dikirim ke Bina Laras 3 di Bilangan Ceger Jakarta Timur untuk mendapat pembinaan sosial dan pelatihan ketrampilan lebih lanjut. Untuk pasien yang sudah agak normal, petugas PSBLHS 1 mengijinkan pasien pulang dengan catatan sang pasien dijemput oleh keluarga. Sedangkan untuk mengantar sang pasien pulang petugas tak akan melakukannya, karena pernah pada suatu kejadian sang pasien merasa sudah sembuh dan minta diantar pulang sesuai dengan alamat yang diberikan sang pasien ternyata alamat dimaksud tidak ada.
Tampaknya Visi PSBLHS 1 terentasnya para penyandang cacat mental di propinsi DKI dalam kehidupan yang layak, normatif dan manusiawi sulit terwujud bila tidak mendapat dukungan dari keluarga pasien khususnya dan masyarakat pada umumnya,

Kelas Rumah Sosial
Pembagian Kelas di PSBLHS 1 ada 4 bagian, yaitu :
·        Kelas Berat, pasien kiriman dari panti sosial Kedoya, Kepolisian dan masyarakat tidak mampu biasanya liar dan agresif karena belum mendapat perawatan dan pembinaan bimbingan mental. Pasien di ruangan ini ada yang berusaha kabur dengan cara merusak langit-langit ruangan dan merusak terali besi.
·        Kelas Menengah, pasien di ruangan ini sudah agak tenang dan mengerti sedikit komunikasi, dan di antara mereka ada yang merasa sudah sembuh hingga ada yang meminta untuk diantar pulang.
·        Kelas Ringan, pasien yang sudah boleh keluar ruangan, bisa komunikasi dan bisa mengerjakan sesuatu.
·        Kelas Tambahan, terdiri dari para manula dan mungkin salah satu dari mereka sudah sembuh tapi tak ada yang menerima pulang hingga panti menjadi rumah abadinya.

Harapan Rumah Sosial
Di PSBLHS 1 selain perawatan / penampungan dan pembinaan mental juga diadakan bimbingan latihan ketrampilan, sekali dalam seminggu para instruktur didampingi dokter dan psikiater mengadakan pemeriksaan kesehatan dan bimbingan ketrampilan, ternyata bakat para pasien ada yang melebihi orang normal seperti bermusik dan melukis.
Lukisan pasien PSBLHS 1 sudah lumayan banyak dan bernilai seni cukup baik. Bila suatu saat ada orang yang mempelopori diadakan lelang mungkin banyak peminat lukisan yang membeli.
Kelebihan kapasitas pasien tentu berpengaruh kepada jatah makan dan ruang  penampungan, karena budget makan dan tempat penampungan tidak bertambah. So dapat dibayangkan jatah makan mereka dikurangin dan ruang penampungan penuh sesak plus pengap. Tapi bagaimanapun kita harus mengucapkan terima kasih kepada Pemda DKI Jaya yang telah melakukan kebijakan dan memberi fasilitas kepada penyandang cacat mental, terima kasih juga patut kita alamatkan kepada para pegawai yang telah bekerja plus mengabdi dengan sepenuh hati. Untuk itu perhatian dari masyarakat berupa  bantuan materil dan dukungan moral akan berpengaruh pada kehidupan yang lebih layak para pasien.
Nilai kedermawanan kita akan memberi secercah harapan pada mereka.

Agus Juned
September 2009

Foto : Lukisan-lukisan ini adalah karya beberapa penghuni Panti.
Sumber : Wkimu.com

Kamis, 01 Maret 2012

Profil PSBL HS 1

PANTI SOSIAL BINA RARAS HARAPAN SENTOSA 1

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 atau PSBL HS 1 adalah panti sosial yang didirikan khusus untuk menampung penderita gangguan jiwa atau psikotik terlantar, yang merupakan hasil penertiban dari aparat terkait seperti Satpol PP di wilayah DKI Jakarta.

Panti ini beralamat di Jl. Kemuning Raya No.17 Cengkareng Jakarta Barat. Telp. 021-5401773


  Beriku ini Adalah Foto Kegiatan Panti sosial Bina Laras harapan Sentosa 1: